Jargon Jiwa

Oh, aku benci bila rasa ini datang,
memang salah aku jiwa menumang,
tapi ia bikin aku senang,
walau terkadang menulah diri seorang.

Bila ku dah mula membaca,
malamnya aku sukar terlena.
Aku berpegangkan teorem - tidur lambat, bangun lambat,
walhal aku tetap bangkit lewat walau tidur cepat.
*ciss.

Membaca buat aku menggilap kepala otak,
akal berligat deras - fikir, renung, taakul, tafakur,
sampai ide dan angan beranak-anak,
sampai mata aku tak boleh tidur.
*ohh.

Aku terlalu sukakan literatur Melayu,
yang bukan bahasa mendayu,
dan bukan pula kisah cinta-pujuk rayu,
tapi penulisan dengan stilistik,
kerana ia merona jiwaku yang membatik,
dan bikin hatiku memutik.

Keindahan prosa tanpa epifora tetap indah,
asal sang penulis pandai bermadah,
dengan satira dalam alegori,
dengan humor halus diselit sesekali,
dengan nilai estetik yang tinggi,
ia mampu mengumpan mana-mana hati suci!

Fikir aku menerawang,
diumpani gaya bahasa indah tapi terang.
Simile yang mengalun itu mengasyikkan,
simbol terngiang mengiringiku berlamunan,
metafora menjijitku harungi laluan angan,
eufimisme melalai aku penuh penghayatan,
sirkomlukasi membuaiku terus kehanyutan,
dan terus - aku benar-benar dalam dunia khayalan!

Walau kata di barisi polos dan jujur,
jiwaku tetap berbaur!

Terima kasih sang literatur!



p/s: oh tort. kau ni gila. ishk.

Comments

Popular Posts