Berkaca di Stasiun

Aku membatu
diam, dan keras seperti ais membeku.

Sedang yang lain terus esak,
melambai pada yang ingin pergi.
Sedang yang lain terus bersesak,
merebut, mencari ruang untuk diduduki.
Sedang yang lain gembira bersorak,
memeluk kepulangan seseorang yang dinanti.

Butir katamu tidak ku endah,
maksudnya ku fahami sudah.
Jeritan loceng keretapi, lebih indah
nyaringan wisel si kepala stasiun, lebih indah
jerit-pekik dua kekasih yang berpisah, lebih indah
nangis tawa keluarga, saudara-mara, lebih indah
yang hiruk-pikuk itu, telinga lebih rela menadah!

Besi panjang berkepala bulat itu sudah pergi,
pergi bersama bingit putaran roda di kaki,
dan manusia mengendong bungkusan berzip di bahu kanan kiri.
Sedikit sunyi.

Masih ada yang menanti,
masih ada yang mengeringatkan sebuah rezeki.
dan aku, masih membeku di sini.


.lama.



Sepi.
Pandanganku sedikit kabur.




p/s: mane aweks2 nih? heh.

Comments

Popular Posts